With Pak Jungkook
“Buku di sebelah sini, udah selesai bapak baca?” Tanya Jimin, tangannya masih sibuk memisahkan mana kiranya buku yang sudah selesai dibaca bosnya, dan yang belum selesai dibaca.
Jungkook mengangguk. “Di sebelah situ sudah semua.” Jawab Jungkook. Kini pria yang menjabat sebagai CEO Jeon Group itu sedang asik duduk di sofa. Sambil memerhatikan sekertarisnya yang sedang bekerja.
Bukannya Jungkook tak ada niatan untuk membantu, hanya saja menatap Jimin dari sini jauh lebih menarik ketimbang membantunya. Tangannya menopang wajah, masih asik menatap keindahan sekertarisnya. Jungkook tau ini termasuk hal tidak senonoh, tapi rugi jika Jungkook melewatkan hal indah seperti ini.
Jelas sekertarisnya tidak sadar, matanya hanya fokus pada buku yang ada di hadapannya. Nyatanya ia pusing, buku di sini begitu banyak. Herannya kenapa bosnya itu bisa membaca semua buku ini? Apa kepalanya tidak meledak? Batin Jimin.
Matanya kemudian menatap judul buku yang menurutnya sangat menarik, “Bapak suka baca cerita horor juga?” Tanya Jimin, pria itu membalikkan badannya. Dan..
Deg.
Buku yang ada di tangannya langsung terjatuh begitu saja. Gugup, siapa yang tidak gugup jika dipandang seperti itu oleh Jungkook? Pria itu begitu fokus menatap Jimin sampai membuat Jimin salah tingkah. Sejak kapan pria itu menatapnya dengan tatapan setajam itu.
Jimin menggaruk tengkuknya canggung, “Pak ini semua buku bisnis. Buku mana yang mau bapak donasikan ke panti asuhan? Setau saya, di panti asuhan itu adanya anak kecil. Mana mungkin mereka mau baca buku kaya gini.” Jimin mencoba menetralkan suaranya. Kemudian kembali berbalik mengemas beberapa buku.
“Asal kamu tau, saya suka cerita horor.” Tangan Jimin mendadak berhenti bekerja. “Satu lagi, pelajaran bisnis itu harus mulai diajarkan sejak kecil. Kalau tidak, bagaimana nasib negara kita?” Lanjut Jungkook, ia bergerak mendekat ke arah Jimin.
“Kamu lihat buku ini? Buku bisnis yang materinya lengkap seperti ini harusnya dimiliki setiap anak. Kamu tau kenapa?” Jimin menggeleng, masih memerhatikan Jungkook yang berjalan kesana kemari sambil menunjukkan satu buku tebal. “Karena masa paling efektif untuk belajar itu saat dini, kalau kamu belajar pas masih kecil, materi bakal mudah kamu pahami. Tapi sebaliknya, kalau kamu belajar saat dewasa, kamu bakalan susah buat mencerna semua materi.” Jelas Jungkook, sedangkan Jimin hanya mengangguk mengerti.
Jungkook kembali menghampiri Jimin dan duduk di sampingnya untuk yang kedua kali. Ia menatap Jimin, “Kamu belum makan malem kan?” Tanya Jungkook.
Mendadak jantung Jimin berdegup dengan sangat kencang, jaraknya dengan Jungkook begitu dekat. “I-iya pak, saya belum makan.” Jawab Jimin gugup.
Pria manis itu mencoba mundur agar memberi jarak antara dirinya dan Jungkook, tapi hasilnya nihil. Saat Jimin bergerak mundur, Jungkook justru sebaliknya, bergerak maju mendekati Jimin.
“Kamu tau kan, saya suka kamu?” Ucap Jungkook dengan suara rendah.
Jimin menelan ludahnya dengan susah payah. “P-pak...” Tangan Jimin mencoba menahan dada bidang Jungkook.
“Harusnya kamu lebih hati-hati Jimin, jangan asal terima tawaran saya. Kalau begini, kamu bisa apa hm?”
Jimin menutup matanya, wajah Jungkook hanya berjarak beberapa centi dengannya. Jimin tidak berani melawan atau melakukan apapun, karena tubuhnya terasa membeku saat tangan Jungkook bergerak menahan tengkuknya.
“Boleh saya cium kamu?”
Dada Jimin berdesir, kupu-kupu rasanya berterbangan di perutnya, menimbulkan rasa geli tiada tara. Entah setan mana yang merasuki Jimin, pria manis itu malah mengangguk membolehkan. Padahal otaknya berusaha dengan sangat keras menggagalkan usaha Jungkook.
Pria bermarga Jeon itu semakin mendekatkan dirinya pada Jimin, dan Jimin hanya pasrah. Sebentar lagi, sebentar lagi kedua bibir berbeda volume itu akan bertemu. Tapi...
“KALIAN LAGI NGAPAINNNN?!!!!”
Teriakan kencang itu sukses membuat Jungkook terjatuh akibat dorongan Jimin. Dapat mereka berdua lihat, ada anak berseragam SMA berdiri di sana dengan mulut terbuka. Sepertinya dia sangat terkejut.
“Beomgyu?” Ucap Jungkook. “Ngapain kamu ke sini?” Tanyanya heran.
“Adek mau visit Abang sambil bawain makanan buatan mamah. Taunya Abang lagi berbuat mesum?!!”
Keduanya bingung mau menjawab apa. Jimin hanya buang muka, sungguh ini sangat memalukan. Bisa tolong tenggelamkan dia sekarang?