Mau PDKT


“Kak Lingga,”

“Hm?”

Aksa terlihat ragu. Malam itu, setelah mereka menghabiskan seblak yang Aksa beli tadi, suasana diantara mereka tiba-tiba saja berubah menjadi canggung. Kenapa? Lingga maupun Aksa tidak tau alasannya. Hanya saja, ini terlihat aneh. Membuat mereka sendiri bingung dengan suasana yang berubah dengan cepat.

“Kak, Lo masih suka sama gue 'kan?” Aksa bertanya, memfokuskan seluruh pandangannya pada kakak kelas yang dirinya akui sudah berhasil merebut hati.

Lingga berdehem, gugup menghampiri. “Tiba-tiba banget nanyanya?” Jawab Lingga mencoba santai. Padahal pipinya sudah bersemu merah. Salah tingkah saat Aksa bertanya tentang hal itu.

Apakah boleh kali ini Lingga kembali berharap? Berharap pria di hadapannya ini mengungkapkan perasaannya sekarang juga. Mengajak Lingga pacaran, lalu keduanya bahagia.

Nyatanya, semarah apapun Lingga, rasa cintanya jauh lebih besar dari pada itu semua. Bisa dibilang, Aksa adalah cinta pertamanya. Anggap saja begitu. Sejak bertemu Aksa, hidup Lingga total berubah. Banyak hal baru yang Lingga rasakan setelahnya. Memperjuangkan Aksa, mencoba membuat pria itu jatuh cinta padanya, itu bukanlah hal yang mudah. Lingga bahkan rela mengesampingkan rasa malunya, hanya demi Aksa.

“Mau mastiin aja. Tiba-tiba kepo.” Aksa menjawab. Tak membuat Lingga puas.

“Menurut Lo, gue masih suka sama Lo atau enggak?” Lingga balik bertanya.

“Gue gak tau. Tapi mungkin rasa Lo buat gue udah mulai berkurang.”

“Kenapa?”

“Karena gue nyebelin, gue selalu bikin Lo sedih, gue selalu buat Lo susah, dan gue udah mainin hati Lo. Wajar kalau sekarang Lo mulai gak suka sama gue, kak.”

“Kok sok tau banget sih? Emang selama ini Lo beneran mainin hati gue?”

Aksa menggeleng dengan cepat. “Enggak. Maksud gue, bukan. Mungkin dimata Lo atau Dimata orang lain, gue keliatan mainin Lo. Tapi kak, semua ini salah hati gue yang labil. Terlalu banyak mikirin hal yang gak pasti, ngebuat gue ragu buat mulai semuanya dari awal sama Lo.” Aksa menjawab dengan jujur. Tidak mau membela diri, hanya saja dia ingin jujur pada Lingga. Berharap pria manis itu berhenti berpikir soal Aksa yang ingin mempermainkannya.

Aksa tau hati Lingga pasti sakit, pasti ada luka setiap mengingat semua ulah Aksa dulu. Karena itulah Aksa ingin menjelaskan. Agar nantinya Lingga tidak mengingat masa buruk mereka.

“Apa yang buat Lo ragu buat terima gue, Aksa?”

“Gue takut, kak.” Aksa mulai bicara, menundukkan kepala. Merasa dirinya tak pantas menunjukkan wajahnya di hadapan Lingga. “Gue lemah banget, Aksa ini pecundang.” Di sana Lingga hanya diam mendengarkan, tak mau bicara. “Harusnya gue gak usah mikir gimana tanggapan orang kalau nantinya kita barengan, toh Lo tulus sama gue, dan rasa gue buat Lo juga sama tulusnya. Tapi tetep aja, gue gak berani.” Aksa mendongakkan kepala, lalu menggenggam tangan kakak kelas manisnya. “Kak, Aksara Danayaksa minta maaf ya? Pasti Lo sakit hati banget. Tapi tolong jangan benci gue ya kak? Gue mau mulai semuanya dari awal sama Lo. Entah itu jadi sahabat, teman atau yang lainnya, gue mau hubungan kita balik kaya dulu. Mau ya kak?” Aksa melanjutkan.

Bug!

“Bodoh banget sih Lo!” Lingga bicara. “Kenapa bisa mikir kaya gitu? Tau gak? Lo orang terbodoh yang pernah gue temui di dunia ini!!” Lingga sedikit berteriak.

Pria itu bingung dengan perasaannya sekarang, bingung dengan apa mau hatinya, bingung dengan apa yang harus dikatakan selanjutnya. Lingga bingung, sangat bingung. Tapi hatinya tidak menyangkal, jika ia masih menginginkan Aksa. Menginginkan pria itu menerima hatinya dan membalas perasaannya.

Lingga mau …

Mau itu semua.

“Iya, Aksa minta maaf ya kak?”

“Minta maaf terus, ini bukan hari raya.” Balas Lingga.

Aksa tertawa lalu mencubit pipi Lingga gemas. “Kak, kenapa Lo lucu banget sih.”

“Gak usah gombal! Gue lagi marah.”

“Iya … marahanya kak Lingga juga lucu, makin suka.”

Pipi Lingga memerah, “diem deh. Dasar buaya.”

“Haha, pipinya merah.”

“Ishh! Kok tau,” Lingga cemberut, malu sekali dirinya ketauan salah tingkah.

Aksa segera membawa Lingga masuk ke dalam pelukannya. Pria itu tau, kakak kelas manisnya sedang malu. “Dengerin detak jantung gue deh kak.”

“Cepet banget?” Lingga merespon setelah menempelkan telinganya ke dada Aksa, tepat di mana jantung pria itu berada.

“Itu artinya gue sayang banget sama Lo.”

“Kalau sayang, kenapa gak diajak pacaran?” Lingga mendongak, sengaja ingin melihat raut wajah Aksa.

Aksa membalas tatapan Lingga. “Kalingga Gautama yang lucu mau jadi pacar Aksara Danayaksa gak?” Aksa bertanya. Nadanya terdengar sangat manis.

Lingga tersenyum, lalu tangannya terangkat mencubit pipi Aksa. “Gak mau. Mau PDKT dulu, hehe.”