Kenapa putus?
“Tahun ini umur kakak 29 tahun ya?” Tanya Jimin buka suara.
Kini keduanya sudah berada dalam mobil milik Seokjin, sesuai rencana mereka akan menghabiskan 24 jam bersama.
“Iya, tua banget ya gue?” Respon Seokjin diiringi tawa renyahnya.
Jimin buru-buru menggeleng, “Ngga kok, umur segitu mah belum terlalu tua kali kak.”
Mobil berhenti ketika lampu merah menyala, Seokjin menatap Jimin yang ada di sampingnya. Rasanya sungguh aneh Jimin kini benar-benar ada di dalam mobilnya, memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama Seokjin. Padahal dulu untuk menggapai Jimin saja susah, laki-laki ini begitu menutup diri dengan embel-embel dia tidak mau menyelingkuhi Jungkook.
Jimin balas menatap Seokjin, “Ngapain ngeliatin aku kaya gitu? Tau kok aku cantik, tapi biasa aja dong kak liatnya.” Memang dasarnya Jimin itu suka ceplas-ceplos, kadang dia juga membuat orang lain ilfeel karena kepedeannya.
Tapi kali ini Seokjin berbeda, pria itu justru tertawa. “Sadar ya Ji kalo dirinya cantik, ya emang cantik sih. Gue ga bisa lepasin pandangan mata gue dari Lo.” Respon yang amat mengejutkan. Jimin kira Seokjin akan melontarkan komentar pedas, tapi nyatanya pria itu justru tambah memuji.
Pipinya memerah malu, tapi sayangya orang yang dipanggilnya 'kakak' tidak bisa melihat kejadian itu. Lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau, artinya mereka harus segera berangkat.
“Serius putus sama Jungkook?” Jimin hanya mengangguk menjawab pertanyaan itu. “Kalian serius ga sih sama hubungan kalian ini?” Seokjin masih penasaran, pasalnya mereka kelihatan serius tapi sekarang tiba-tiba saja mereka putus.
Terdengar helaan nafas dari Jimin, pria itu lebih memilih melihat pemandangan di luar jendela mobil. “Ya gue serius lah kak, dianya aja yang aneh. Coba bayangin deh kak, dia suka banget sewain gue ke orang lain. Setiap temennya bilang mau ketemu sama gue, dia selalu aja setuju. Gimana gue ga kesel coba? Kadang gue sampe insecure sendiri, dia tuh suka sama gue ga sih? Kenapa kaya ga ada beban gitu pas temennya minta gue temenin mereka. Apa dia ga takut kehilangan gue?” Jawab Jimin menggebu-gebu. Rasa kesalnya pada Jungkook bisa dilihat melalui tatapan matanya, agaknya Seokjin kasihan dengan pemuda ini.
Jungkook bukan tipe orang yang suka main-main, tapi dia memang terlalu santai perihal pacarnya. Menurutnya dengan modal kata 'Aku cinta kamu' disertai emot hati merah setiap pagi cukup untuk menerangkan semuanya. Padahal nyatanya manusia juga butuh afeksi. Terlebih lagi Jungkook terlalu hormat pada setiap kawannya, dia terlalu santai untuk bilang 'Ya' pada mereka.
“Sabar ya Ji, Jungkook emang gitu orangnya. Tapi sekarang Lo masih ada rasa buat dia?”
Menggeleng, Jimin menatap Seokjin kembali. “Udah ga ada, udah luntur semua. Jadinya ilfeel banget kak. Sekarang udah ga tahan, jadi ya udah putus aja.” Balas Jimin. “Kak, bisa ga sih kita ga usah bahas Jungkook? Cukup bahas masalah kakak sama aku aja, jangan bawa-bawa Jungkook, oke?” Tanya Jimin.
Seokjin hanya tersenyum, nyatanya Jimin memang menyangkal tapi Seokjin tau masih ada cinta yang tersisa untuk mantannya yang bernama Jeon Jungkook itu.
“Iya, maaf ya? Jadi kita mau pergi ke mana hari ini?”