Kejutan


“Dena ngechat gue nih.” Abim buka suara setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Jevian menatap tak suka. “Ngga usah dibales.” Suruhnya.

“Telat, udah gue bales.” Jevian seolah meminta keterangan lebih lanjut dari Abim, maka Abimpun menghela nafasnya. “Dia tanya gue lagi sama Lo atau ngga, terus mau ke mana.” Lanjut Abim.

Mobil yang mereka kendarai berbelok ke arah kanan. “Terus Lo jawab apa?” Mata Jevian masih sibuk mencari tempat parkir yang pas untuk mobilnya.

Abim mengangkat bahunya tak peduli. “Ga gue jawab apa-apa, karena gue kan emang ga tau Lo mau ajak gue ke mana.” Jawab Abim.

Jevian menghela nafas lega. “Untungnya Lo ga kasih tau. Ayo turun, kita udah sampe.” Ajaknya.

Tapi ketika Abim ingin membuka pintu mobil, Jevian segera berkata. “Jangan dulu turun, biar gue bukain pintunya.” Pria tampan itu segera berlari dan membuka pintu mobil Abim.

Abim tersenyum, apa yang dilakukan Jevian ini baginya terlihat manis. Haha, pria ini bisa saja membuatnya salah tingkah. “Makasih.” Ucap Abim ramah.

“Gue tutup mata Lo dulu ya?” Izin Jevian yang kemudian segera berdiri di belakang Abim dan memasangkan kain untuk menutupi mata Abim.

“Mau ngapain sih, Lo ga mau culik gue kan? Asal Lo tau aja, gue sabuk hitam taekwondo.” Ancam Abim, pasalnya ucapan Nayra di chat tadi masih terngiang di otak Abim.

Jevian tertawa. “Gue tau, lagian siapa yang mau culik Lo sih?” Jevian memegang kedua bahu Abim dari belakang, lalu menuntunnya jalan. “Gue udah bilang kan, gue mau kasih Lo kejutan. Ini salah satu kejutannya.” Lanjut Jevian.

Tak ayal jantung Abim berdegup dengan sangat kencang, suara Jevian begitu dekat. Bahkan Abim bisa merasakan hembusan nafas pria itu dari belakangnya. Mendadak bulu kuduk Abim berdiri, kenapa jadi seperti ini? Batin Abim salah tingkah. Maka dari itu dia memilih diam.

Mereka berdua berjalan cukup jauh, tentunya ditemani keheningan. Abim yang terlalu gugup, dan Jevian yang memang tidak mau bicara. Tujuannya agar Abim semakin penasaran.

Kemudian mereka berhenti. “Udah sampe?” Tanya Abim.

“Iya.” Balas pra tampan itu tepat di telinga Abim lagi. Sengaja sekali membuat Abim salah tingkah, sepertinya pria itu tau tubuh Abim sempat menegang tadi.

“Di hitungan ketiga, gue buka penutup mata Lo. 1....

2....

3!”

Penutup mata itu terbuka, Abim masih membiaskan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Tapi sedetik kemudian matanya membola, ada 1 meja dan 2 kursi di hadapannya. Diisi dengan beberapa makanan, minumam dan juga buah-buahan. Tak lupa, ada lilin di tengah meja itu. Bagian terpenting yang membuat suasana di sekitar sini semakin romantis.

Deburan ombak membuat Abim mengalihkan pandangannya. Di sana, Abim dapat melihat ada pantai. Ternyata Jevian menyiapkan semua ini di pantai, Abim baru sadar sedari tadi ia memijak hamparan pasir.

“Lo yang siapain semua ini?” Tanya Abim, matanya masih sibuk memandang hamparan laut yang terlihat begitu indah di malam hari.

Jevian mengangguk, tentunya Abim tidak tahu. “Bisa dibilang, emang gue yang siapin semua ini.” Balas Jevian. Kemudian menarik kursi untuk Abim duduki.

Abim menerima dengan senang hati. “Lo suka steak kan, makannya gue pesenin steak.” Ucap Jevian yang hanya dibalas ucapan terimakasih oleh Abim.

“Boleh gue makan?” Memang benar Abim tidak bisa menahan dirinya dari yang namanya makanan, terlebih lagi makanan yang sangat dia suka.

Jevian tertawa lagi, Abim sangat lucu. “Tentu boleh, gue siapin semua ini buat Lo Bim.”

Maka Abim segera menyantap makanan yang ada di depannya, matanya seketika berbinar indah. Membuat Jevian menghentikan niat makannya. “Ini enak banget Jev!!” Ucapnya bahagia. Lalu kembali menyantap makanannya.

Jevian agaknya senang mendengar pujian Abim, pria itu sangat suka makanan yang dipilih Jevian. Jevian memang tidak salah memilih makanan.

Hingga akhirnya piring mereka berdua sama-sama kosong. “Bim, ada yang mau gue omongin sama Lo.” Jevian buka suara.

Abim menatap dengan alis terangkat. “Silahkan?” Balas Abim ragu.

Tiba-tiba saja Jevian berdiri, meraih tangan Abim lalu membuatnya ikut berdiri. Pria itu berlutut tepat di hadapan Abim. Jantung Abim sudah berdegup dengan begitu kencang. Surai pria tampan itu terbang terkena hembusan angin.

Jevian meraih dua tangan Abim dan mengecup salah satunya. “Bim, gue tau selama ini Lo ga pernah suka sama gue, tapi gue beneran suka sama Lo Bim. Sejak 2 tahun lalu, sejak Lo masuk ke Universitas kita. Sejak saat itu juga mata gue selalu terfokus sama Lo.” Ucap Jevian.

Abim hanya memilih diam dan mendengarkan. “Mungkin selama ini Lo anggep gue playboy karena gue selalu jadian sama orang yang berbeda, tapi gue ga suka sama mereka. Yang ada di hati gue itu cuma Lo, cuma Abimana Jingga Alaska. Jadi.... Will you marry me, Bim?”

Deg.

Tubuh Abim menegang. Ini.... Sebuah lamaran? Padahal Abim kira, Jevian hanya menyatakan cintanya saja. “J-jev.... Gue ga bisa jawab sekarang.” Abim hendak melepaskan tangannya dari genggaman Jevian.

Tapi Jevian menahannya dan berdiri. “Gue tau, tapi coba kasih tau gue. Apa masalahnya? Apa alesan Lo tolak gue, Abim??”

“Ada banyak alasan. Pertama, soal Nayra. Dia juga suka sama Lo, gimana reaksi dia pas tau gue sama Lo? Terus yang kedua, Lo playboy Jev. Gue ga bisa percaya sama Lo.” Jawab Abim.

Jevian berdecak. “Lagi-lagi karena itu?” Ucapnya sarkas. Karena jujur, Jevian muak dengan setiap jawaban yang Abim berikan.

“Maaf, tapi gue ga bisa...” Ucap Abim final.

Jevian menghela nafas, mengendalikan emosinya. “Gue yang harusnya minta maaf, maafin gue ya? Mungkin gue terlalu cepet buat ngelakuin semua ini.” Berakhir dengan Jevian yang membawa Abim ke dalam pelukannya dan yang paling mengejutkan, Abim tidak berusaha untuk menolak sama sekali.