Jadian Yuk!


Langit senja ditambah Jimin adalah pemandangan yang luar biasa indah. Seokjin bersyukur bisa diberi kesempatan menikmatinya.

Kini ia sedang asik duduk sambil melihat Jimin bermain basket, rupanya pria mungil itu jago memainkan salah satu cabang olahraga besar. Seokjin baru tau.

“LUCU BANGET, LARINYA KAYA BEBEK!”

“BIBIRNYA JANGAN CEMBERUT TERUS!”

“SERIUS, MAU KAKAK CULIK GA DEK?”

“KIW, MINTA NOMER HAPENYA DONG.”

Jimin berdecak kesal mendengar teriakan Seokjin. Apa katanya? Lari Jimin seperti bebek? Pria itu suka sekali menggodanya. Padahal tadi dia begitu manis, kenapa sekarang menyebalkan? Apa Seokjin punya kepribadian ganda?

“KAKAK MENDING DIEM DEH! AKU KESEL DENGERNYA!”

“Ngapain kesel? Harusnya kamu seneng karena kakak kasih kamu semangat.”

“SEMANGAT APANYA! ORANG KAKAK NGELEDEK AKU TERUS!”

Seokjin tertawa dan Jimin tidak mau ambil pusing akan hal itu, ia masih sibuk memainkan bola di tangannya sampai tidak sadar jika Seokjin pergi entah ke mana.

Bagi Jimin, Seokjin itu sangat hebat. Karena hanya dia yang bisa mengerti apa mau Jimin. Jimin sudah berkali-kali memiliki pacar, dan hubungannya selalu kandas karena alasan yang sama, yaitu mereka yang tidak bisa mengerti Jimin.

Di mata mereka Jimin itu lemah, butuh perlindungan, dan suka berfoya-foya. Nyatanya Jimin tidak seperti itu, ia akui dirinya lemah, tapi bukan berarti harus terus dilindungi seperti hewan peliharaan. Jimin juga manusia, mau merasakan bagaimana berkencan. Bukannya hanya berleha-leha di kamar saja.

Tapi Jungkook juga termasuk tipe yang berbeda dari biasanya, pria itu masih mengajak Jimin kencan walaupun tempatnya harus dia yang memilih. Tapi setidaknya Jimin bisa tau bagaimana rasanya kencan.

Hanya saja.... Pria itu sedikit aneh, dia selalu setuju jika temannya ingin berkencan dengan Jimin. Padahal Jimin berstatus sebagai pacarnya. Aneh bukan?

Sesuatu yang dingin menempel tepat di pipi, pelaku utamanya tentu saja Seokjin. Ternyata pria itu pergi membeli minuman.

“Capek gak?” Tanya Seokjin.

Jimin menyeka keringat di wajahnya, “Capek, tapi suka. Udah lama banget aku ga main basket.” Jawab Jimin.

Seokjin membuka kaleng minuman milik Jimin, dan memberikannya agar Jimin bisa minum. Jimin tersipu, afeksi sekecil ini saja bisa membuat Jimin salah tingkah.

“Makasih kak.”

“Ga usah malu-malu gitu, anggep aja ini latihan sebelum kita pacaran.”

Plak!

“Apasih, emang pacaran butuh latihan?”

“Sakit tau Jim,” Ringis Seokjin sambil mengelus bekas pukulan Jimin. Tapi serius, pukulan Jimin sakit.

“Ya abis kakak main-main terus sih.”

“Ya udah, Kakak minta maaf ya?”

Jimin hanya mengangguk. “Jadi gimana nih? Kamu mau ga jadi pacar kakak?” Tanya Seokjin.

“Kakak mendingan jangan becanda deh, dari tadi ngomongin itu terus tapi kitanya ga jadian-jadian. Kan kesel!”

“Tapi sekarang serius.” Nada bicara Seokjin berubah, Jimin bahkan dibuat merinding.

“Jimin, kakak beneran suka sama kamu. Jadi kamu mau gak jadian sama kakak? Kakak akuin kita emang baru saling mengenal sekarang, tapi kedepannya kita bisa terus saling mengenal. Ceritain satu sama lain, supaya kita ga bosen jalanin hubungan yang monoton. Gimana, kamu mau kan?” Ucap Seokjin panjang lebar. Diraihnya tangan Jimin, lalu dikecup dengan hati-hati. “Kakak ga janji buat ga bikin kamu kecewa, tapi kakak bakal berusaha jadi yang terbaik buat kamu.” Lanjutnya.

Hening, keduanya hanya bertatapan. Entah Jimin yang bingung mau menjawab apa, atau mungkin pria mungil itu malu?

“Ihhhh apaan sih kak? Manis banget huee, mana bisa aku nolak kalo gini caranya..” Rupanya Jimin malu.

Lagi-lagi Seokjin dibuat gemas dengan tingkah Jimin. Maka dia bawa Jimin ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat. Seakan tidak mau kehilangan Jimin.

Jimin pun melakukan hal yang sama, ia peluk Seokjin dengan erat lalu menghirup aroma yang menenangkan dari tubuh Seokjin.

“Jadi sekarang kita resmi pacaran?”

“AKSHDJAJAK GA USAH DITANYA LAGI!!!”