⛸️ — 120 ; accident.

Abercio berdiri, memandang pantulan tubuhnya yang sudah memakai kostum lengkap untuk pertandingan hari ini. Abercio tidak cukup percaya diri untuk membawa pulang medali emas hari ini, pasalnya banyak skater lain yang jauh lebih baik darinya. Walaupun begitu, pria itu meyakinkan dirinya sendiri agar tetap menunjukkan yang terbaik. Setidaknya dia tidak boleh mempermalukan negaranya.

Olimpiade Figure Skating di Houston selalu diadakan setiap tahunnya, tahun lalu Abercio ikut dikategori pemula tapi tahun ini dia berhasil membuat perubahan dengan masuk kategori Junior. Mungkin tahun depan dia bisa ikut kategori Senior? Siapa yang tahu.

Hanan datang, menepuk punggungnya membuat Abercio berbalik lalu menatap wajah sahabat baiknya. Hanya Hanan satu-satunya orang yang Abercio percaya. Pria itu selalu ada di sampingnya apapun yang terjadi. Hanan tahu semua tabiat buruk Abercio tapi pria itu tidak meninggalkannya. Ada Kallea dan Savero yang juga merupakan temannya, kenapa Abercio tidak percaya pada mereka? Ketiganya baru bertemu beberapa tahun lalu, dan mereka digabungkan sebagai tim nomor dua di agensi Gareth Figure Skating.

Abercio hanya menganggap keduanya sebagai teman, tidak lebih.

“Gugup?” sahabatnya bertanya, menarik Abercio agar duduk di sampingnya.

“Gara mana?” Bukannya menjawab, Abercio justru balik bertanya.

“Dia beli makan dulu, gue laper soalnya,” Hanan menjawab disertai cengiran yang membuat Abercio mendadak kesal. “Gara cerita soal Jiro.”

Ah, perihal pria itu? Abercio baru ingat sampai sekarang dia belum membuka pesan yang Jiro kirimkan padanya di iMessage. Bukannya berniat menghindar, hanya saja Abercio tidak mau fokusnya pada olimpiade teralih karena ajakan bertemu yang Jiro tawarkan. Abercio akui dirinya memang labil, beberapa minggu yang lalu dia meminta Jiro menjauh tapi ketika pria itu kembali menghubunginya, Abercio segera membuka pintu lebar-lebar untuk penjaga gawang Manchester City itu.

Aneh bukan? Tapi Abercio merasa dia harus melakukan hal itu. Entah kenapa dia ingin berada di samping Jiro dalam jangka waktu panjang.

“Gara bilang,”

Belum sempat Hanan melanjutkan ucapannya, Coach Melissa datang menyuruhnya untuk segera keluar karena kompetisi akan dimulai. Abercio meminta maaf pada Hanan dan memintanya agar menceritakan perihal Jiro setelah olimpiade selesai. Keduanya segera berjalan keluar, melihat beberapa peserta lain berjalan ke arah yang sama dengan mereka.

Abercio mengenal wajah mereka, walaupun nyatanya dia tidak ingat dengan namanya. Mereka berlatih di tempat yang sama selama 1 minggu, Abercio tahu mereka bukan lawan yang mudah. Terlebih lagi semua yang berkompetisi di sini pasti sudah pernah mendapatkan medali, seperti dirinya. Hanya saja, Abercio tetap merasa kecil diantara yang lainnya.

Seakan mengerti dengan keresahan Abercio, Hanan merangkul pria itu dari belakang. Membisikkan 'lo pasti bisa! Abercio gue yang paling hebat', sudah cukup membuat kegelisahan Abercio meluap. Keduanya tersenyum.

Saat matanya berhasil menatap banyak penonton yang sudah memenuhi stadium, jantung Abercio berdegup kencang. Dia harus tampil di depan ribuan orang yang datang, dia meyakinkan dirinya sendiri agar tidak membuat kesalahan. Sampai tiba-tiba rasanya dunia Abercio berhenti berputar.

Langkah kakinya terhenti di tengah-tengah tangga saat melihat perawakan tidak asing berdiri di salah satu bangku penonton. Menatapnya, sama seperti yang Abercio lakukan. Pria itu memang memakai masker tapi Abercio tahu betul mata milik siapa yang kini sedang fokus menatap ke arahnya.

Itu Jiro.

Penjaga gawang Manchester City yang dikabarkan berangkat ke Qatar untuk menonton pertandingan kawannya.

Itu Jiro.

Pria yang Abercio tinggalkan karena keresahan dirinya sendiri, pria yang tidak pernah menyerah dengan dirinya, pria yang selalu mengerti keadaannya, pria yang selalu memberikan kata penyemangat untuknya, dan pria yang berstatus sebagai kakak Hazel, penggemarnya.

Pria itu ada di sana, membuka maskernya lalu tersenyum dengan manis. Ada Gara dan Zidan yang ikut melambai ke arahnya. Sudut bibir Abercio terangkat, tersenyum bahagia melihat presensi yang tidak dilihatnya beberapa minggu ini, melihat senyum yang dia rindukan setiap hari.

Abercio tidak tahu apa arti semua ini? Apa arti jantungnya yang berdegup dengan kencang saat Jiro membalas senyumnya dan berkata 'semangat'. Abercio tidak tahu kenapa dia merasa banyak kupu-kupu di perutnya. Abercio tidak tahu kenapa pipinya memanas dan Hanan yang meledeknya.

Yang Abercio tahu dirinya bahagia melihat Jiro ada di sini. Menonton pertandingannya dan memberikan semangat yang Abercio butuhkan.

Tapi senyum Abercio luntur kala tubuhnya kehilangan keseimbangan. Pikirannya kosong saat tubuhnya terlempar ke bawah, Abercio hanya bisa mendengar teriakan Hanan. Setelah itu dunia tiba-tiba terasa gelap, Abercio tidak bisa mengingat apapun.

© kmvdoots