⛸️ — 12 ; First Meet
Selesai memposting foto makanannya ke snapgram Abercio kembali fokus memasukkan beberapa suap kue ke dalam mulut. Rasanya enak, Abercio suka. Jika dirinya tidak menerima ajakan Hanan untuk pergi ke Manchester mungkin Abercio tidak bisa menyantap kue seenak ini.
Sebenarnya ada banyak alasan mengapa Abercio selalu menolak ajakan Hanan. Pertama karena dia memang tipe orang yang suka menghabiskan waktu luangnya untuk tidur, anggaplah Abercio introvert, tapi latihan yang hampir dilakukan setiap hari membuatnya selalu merasakan lelah. Maka ketika dirinya mendapatkan waktu luang, Abercio memanfaatkannya untuk beristirahat.
Alasan kedua karena Abercio malas mengikuti hobi Hanan yang sama sekali tidak dirinya ketahui. Soal sepakbola? Abercio pernah mendengar kata itu, namun dirinya tidak tertarik. Terlalu banyak peraturan, terlalu banyak pemain, terlalu banyak pelanggaran, membuat Abercio malas mengetahui lebih jauh tentang sepakbola.
Untuk alasan yang terakhir mungkin tidak terlalu masuk akal, yaitu soal dirinya yang takut bertemu dengan sang mantan. Keenan namanya dan sekarang pria itu tinggal di Manchester, kota yang sedang Abercio pijaki. Abercio akui Manchester memang besar, kemungkinan dirinya bertemu dengan Keenan sangatlah sedikit. Masalahnya Keenan sama seperti Hanan, mereka seorang Cityzen, mereka menyukai klub bola yang sama dan kemungkinan Keenan datang ke Etihad Stadium sangatlah besar.
Abercio menghela nafas, mengedarkan pandangan, menatap pengunjung lain yang ada di restoran ini. Hanan bilang restoran yang sedang ditempatinya ini sangatlah terkenal, banyak menu makanan yang menjadi idaman khalayak ramai. Tapi ada satu hal yang membuat Abercio bingung, kenapa suasananya tidak seramai yang Abercio pikirkan?
Matanya membulat kala melihat sosok tidak asing di depan sana, Abercio dengan cepat mengalihkan pandangan saat dua netra mereka bertemu. “Shit! ini yang gue takutin,” gerutunya dengan cepat meraih ponsel di saku lalu mengirim pesan pada Hanan, mencoba meminta pertolongan.
“Hanan buruan bales astaga, gue gak mau diajak ngobrol sama Keenan,” Abercio terus mengulang kata itu. Berharap Hanan segera membalas pesannya.
Tapi nihil, Hanan tidak membalas. Rasa paniknya kian bertambah saat Keenan berdiri dan mengambil langkah mendekat. Abercio buru-buru berdiri, membawa semua barangnya pergi menuju toilet berharap Keenan berhenti mengikutinya. Tapi tampaknya takdir tidak sedang berpihak pada Abercio, Keenan masih mengikuti.
Sampai akhirnya satu ide gila muncul di otak Abercio. Pria itu dengan cepat menarik tangan seseorang yang baru saja keluar dari toilet, merangkul lengan penuh tato itu dengan kuat. Matanya masih menatap Keenan yang nampak masih mendekat.
“Please jangan liat gue, pergi sana hush … hush!” mulutnya merapal.
Detik itu juga Keenan menghentikan langkah, pria itu berbalik lalu segera pergi saat ada sebuah suara yang memanggil namanya. Abercio menghela nafas lega, kemudian menatap pria yang baru saja dia gandeng tangannya. Meringis malu saat pria itu menatap penuh tanya ke arah Abercio.
“Sorry for making you confused, but thank you so much, Sir,” dengan cepat Abercio pergi, tidak mau menatap wajah pria itu lagi, dia terlampau malu.
Tapi Abercio bersyukur, setidaknya dia tidak harus bertemu dengan Keenan. Abercio sungguh tidak mau berurusan dengan pria itu lagi.
© kmvdoots